Rabu, 26 Maret 2014

Bedah Buku “Pak Harto the Untold Stories dan Incognito Pak Harto”

Suasana bedah buku 
BANTUL (KRjogja.com) - Mantan Presiden Soeharto tidak sekadar kepala nagara. Tetapi menjadi bapak pengayom dan simbol ketentraman bagi bangsa  Indonesia kala itu. Terlepas dari pro dan kontra selama memimpin negara. Sebagian masyarakat Indonesia sekarang ini sangat merindukan sosok pemimpin dimasa mendatang berkarakter seperti Soeharto. Karena sejak Indonesia merdeka, hanya ada dua pemimpin besar lahir di negeri ini, yakni Soekarno dan Soeharto.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi dan bedah buku ‘Pak Harto the Untold Stories dan Incognito Pak Harto’ di Museum Memorial HM Soeharto di Kemusuk Sedayu Bantul, Jumat (21/2/2014). Yang dihadiri tidak kurang dari 500 peserta yang terdiri dari para pelajar, mahasiswa.
Diskusi dan bedah buku ini diselenggarakan Yayasan Harapan Kita kerjasama dengan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sejarah kabupaten/kota se DIY. Hadir sebagai narasumber, Dosen Universitas Mercubuana Jakarta, Dr Herry Budianto, Dosen Fakultas Filsafat UGM, Slamet Sutrisno MSi, Penulis Buku ‘Pak Harto the Untold Stories Mahpudi serta penulis buku-buku tentang Pak Harto, Anita Dewi Ambarsari. Acara dibuka  Siti Hediati Soeharto SE.
Mahpudi mengungkapkan, Soeharto selama menjadi presiden di Indonesia banyak kebijakan yang dinilai kalangan sangat otoriter. Padahal kata Mahpudi, soerang pemimpin harus berani bersikap tegas dalam mengambil kebijakan. Sepanjang keputusan tersebut memberikan manfaat lebih besar bagi orang banyak. Menurut Mahpudi, ketika seorang pemimpin sudah tidak bisa tegas dengan kebijakannya. Jika itu seorang kepala negara, rakyat justru dirugikan.
Dibanding dengan pemimpin sekarang ini. Satu poin perbedaan dengan Soeharto kala itu, yakni ketegasan sekarang seolah hilang. “Jika dibandingkan, pemimpin sekarang perlu ketegasan seperti Pak Harto, tetapi sekali lagi tegas untuk kepentingan orang banyak,” ujarnya.
Sebagai penulis buku tentang Pak Harto, Mahpudi sangat terkesan dengan keyakinan Soeharto, bahwa jika langkah yang diambil kala itu adalah benar. Menurutnya Soeharto berani mengambil keputusan karena dari awal niatnya baik dan diyakini pasti akan berhasi dengan baik pula.
Sementara Anita Dewi Ambarsari mengungkapkan, sosok pemimpin dengan tipikal Pak Harto sangat dirindukan rakyat Indonesia. Indikatornya di kalangan masyarakat kelas bawah kerap terjadi keinginan agar muncul Soeharto baru. Tentunya yang mampu membawa  kemakmuran di Indonesia.
Sementara Dr Herry Budianto menegaskan, dengan kebijakan Soeharto ketika memimpin negara. Sudah sepantasnya gelar pahlawan nasional diberikan kepada Pak Soeharto.
Pada hari itu juga meninjau hadir lokasi memorial dari beberapa duta besar & akademisi dari  mancanegara yang didampingi  dan dipandu langsung oleh Rektor Universitas Mercu Buana Jakarta, Dr. Ir. Arissetyanto Nugroho, MM  dan Rektor Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Dr. Alimatus Sahra, MM, M.Si. (wid.umby)

Museum memorial Jenderal Besar Soeharto

Museum Soeharto
 "Mengenal Lebih Dekat Perjuangan Soeharto"
Museum memorial Jenderal Besar Soeharto diresmikan bertepatan dengan harlah beliau 08 Juni di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, DIY. Di atas lahan seluas 3.620 meter persegi, museum ini didirikan untuk mengenang jasa dan pengabdian beliau semasa hidupnya untuk bangsa Indonesia. Di museum ini juga memajang berbagai prestasi yang diraih beliau semasa menjabat Presiden RI ke-2.

Museum ini dibangun dan diresmikan oleh Bapak H. Probosutedjo (adik dari Soeharto) dan Mbak Tutut (putri pertama Soeharto) terdiri dari beberapa bangunan utama seperti pendopo, ruang diorama dan masjid kecil di sebelah selatan persis ruang diorama ini.

Dalam kunjungannya di museum ini, redaksi kotajogja.com sempat melakukan wawancara singkat dengan Aryo Winoto keponakan dari Bp Soeharto. "Memorial ini dibangun menjadi tetenger dan sumber inspirasi bagi generasi muda, selain itu untuk mengenang jasa dan pengabdian beliau kepada bangsa negara Republik Indonesia."

Memasuki museum ini kita akan disambut dengan patung besar Jenderal Besar HM. Soeharto karya seniman Edhi Sunarso bersebelahan dengan batu besar sebagai prasasti peresmian museum.  Setelah itu kita masuk dalam pendopo yang memajang multimedia perjuangan beliau serta buku elektronik yang bersebelahan dengan patuh setengah badan Soeharto.

Untuk melihat koleksi lengkap dari museum ini, pengunjung dapat memasuki ruang diorama yang dikemas dengan perpaduan tradisional dan modern. Memasuki ruangan ini, pengunjung akan disambut dengan instalasi roll film yang berisi dokumentasi visual gerak tentang perjuangan beliau, selain itu kita akan disugsuhi diorama perjuangan beliau ketika melakukan koordinasi dengan Pangsar Jenderal Sudirman ketika SO 1 Maret 1949. Di dalam diorama ini kita juga bisa melihat ketika beliau diundang oleh FAO di Roma tahun 1985 untuk mendapatkan penghargaan keberhasilan beliau dalam melakukan swasembada pangan.
Untuk menuntaskan rasa penasaran anda, datang langsung ke museum ini yang beralamatkan di Dusun Kemusuk Argomulyo, Kec Sedayu, Kab Bantul, DIY.  Semoga kedatangan langsung anda dapat memberikan penilaian objektif  mengenai sosok Presiden RI kedua ini.  (konten: ardianovahmadnovski/kotajogja.com)